Selasa, 07 November 2023

Ketinggalan Pesawat



Astagfirullahaladzim.
Astagfirullahaladzim.

Ucapku sambil duduk di pinggiran bandara dengan tatapan kosong. Entah kenapa denganku hari ini. Aku mulai menyalahkan diri aku sendiri. Kenapa aku tidak check-in online semalam? Kenapa aku harus mau berangkat? Kenapa dia menyuruhku berangkat? Kenapa maskapai tersebut on time tidak seperti biasanya? Kenapa petugas check in tidak mau membantu padahal cuma telat beberapa menit?

Kemarin aku disuruh untuk ikut pergi dinas ke Sumba Timur, dengan jadwal keberangkatan tanggal 7 November dan jadwal pulang tanggal 11 November. Aku sempat menolak karena aku sudah ada agenda pribadi di tanggal 11 dan 12. Kenapa aku menolak? Ya karena dinas ini hanya kunjungan saja, bukan sesuatu pekerjaan wajib. Hanya menambah personil saja untuk meningkatkan pengeluaran. Namun, setelah dinego, akhirnya aku mau, tapi pulang tanggal 9. Aku berangkat dengan penerbangan 8.20 tidak bersama rombongan yang lain karena flight mereka sudah full booked.

Malamnya, tentu aku prepare barang-barang yang akan aku bawa. Awalnya aku berencana bawa koper, tapi setelah dipikir-pikir lebih baik bawa ransel aja biar bisa sat-set. Meluangkan waktu 1,5 jam aku rasa sangat cukup karena jarak dari tempat tinggalku ke bandara melewati tol itu menempuh waktu kurang lebih 30 menit. Aku yakin semuanya akan lancar sehingga aku memutuskan untuk check-in online karena yakin masih sempat.

Sayangnya, pada hari itu terjadi kejadian tidak terduga. Mungkin ini pertanda juga karena dari pertama kali aku ditugaskan hingga malam harinya, hatiku benar-benar tidak tenang. Ada rasa tidak ingin berangkat tapi karena tiket sudah dipesan, terpaksa aku pergi menuju bandara. 

Kejadian tidak terduga yang pertama adalah saat aku memesan gocar dari rumah tiba-tiba tidak ada sinyal. Padahal masih terkoneksi di wifi rumah. Kedua, saat itu lift yang beroperasi hanya 2, 1 lift penumpang dan 1 lift barang. Otomatis sangat lama menunggunya. Wifi pun terputus dan mobile data hilang sinyal. Terpaksa aku harus menunggu hingga sampai di lobby. Ketiga, sesampainya di lobby, sinyal sempat hilang beberapa saat, setelahnya aku bisa memesan gocar. Namun, proses pemesanan sangat lama, sekalinya dapat, jauh sekali posisinya. Aku masih optimis karena maskapai yang aku gunakan adalah maskapai yang terkenal ngaret.

Perjalanan beberapa kali tersendat. Saat memasuki tol Kemayoran dan di jalan tol pelabuhan sekitaran Kapuk. Sekitaran Kapuk terjadi kecelakaan sehingga macet cukup lama. Aku tidak ngecek sama sekali kondisi jalan, yang aku pikirkan, apakah benar aku harus berangkat? Aku tidak ngecek jam sama sekali, hampir sepanjang perjalanan aku bengong. Kepikira  online checking aja enggak.

Sesampainya di terminal 2 aku langsung menuju vending machine untuk check in. Tapi tidak bisa karena melebihi waktu 30 menit sebelum boarding. Aku masuk ke counter check in. Counter check in mengantre panjang karena jadi satu dengan penerbangan lain. Sesampainya di depan petugas, petugas bilang aku telat dan disuruh pindah counter. Petugas counter lainnya bilang kalau aku tidak bisa masuk karena belum online check in. Padahal waktu itu masih jam 8 pagi. Aku sedikit berdebat tapi tetap tidak bisa. Aku malah disuruh ikut penerbangan selanjutnya di jam 17. Tentu saja tidak bisa karena aku harus transit dan naik penerbangan kedua di jam 14.

Satu sisi aku lemas, satu sisi aku senang. Mungkin emang ini pertanda aku tidak boleh berangkat. Tapi konsekuensi tidak berangkat adalah mengganti biaya transportasi dan akomodasi yang telah dipesan. Untungnya teman kantorku sangat baik, mereka membantuku maksimal mungkin. Jadi aku tetap berangkat di hari berikutnya agar biaya yang harus aku ganti tidak besar sekali.

Akhirnya aku pulang ke rumah dengan banyak bengong. Aku pun membeli tiket pesawat di hari berikutnya dengan biaya sendiri biar tidak ribet. Aku pun memutuskan untuk mempersiapkan diri lebih baik untuk penerbangan besok. Agar bisa mengantisipasi kejadian tidak terduga saat akan terbang.

Kamis, 02 November 2023

Samsung Notes yang Tidak Terintegrasi

Waaaw, sudah cukup lama juga aku tidak update blog ini. Hal ini dikarenakan cukup banyak kerjaan yang sulit ditinggalkan. Predikat sebagai full-time blogger patut dipertanyakan nih. But, it's okay, mari kita mulai membahas hal-hal yang ringan terlebih dahulu.

Sebenarnya sih, tulisan ini merupakan bentuk kekecewaan atas suatu produk, yaitu Samsung Notes. Sebagai pengguna Android Samsung sejak 2019, Samsung Notes adalah satu-satunya aplikasi penulis catatan yang aku gunakan. Ketika di pertengahan 2020 aku memutuskan untuk membeli Tablet Samsung, tentunya semua catatan berbasis kertas, termasuk buku-buku hardcopy semuanya aku pindahkan ke Samsung Notes. Integrasi antara smartphone dan tablet tentu sudah jelas ada karena merupakan satu brand. Di sisi lain aku membutuhkan integrasi perangkat portabel tersebut dengan laptop. Pada saat itu, Samsung Notes masih bisa diinstal di perangkat windows. Aku pun tidak kesulitan membuka catatan dicatat di smartphone atau tablet di laptop ataupun sebaliknya. Semenjak itu produktivitasku cukup meningkat.

Sayangnya di pertengahan 2023 kemarin, ketika aku mau membuka Samsung Notes di laptop, catatanku tidak sinkron-sinkron. Sudah ditunggu sekitar 10 menit tetap tidak ada pembaharuan. Hingga terpaksa aku instal ulang dan muncul pop-up pemberitahuan bahwa Samsung Notes sudah tidak dapat diakses lagi di windows kecuali Samsung Galaxy Book. Sungguh kekecewaan yang luar biasa mengingat aku baru saja membeli laptop setahun yang lalu dan Samsung Galaxy Book tidak dijual resmi di Indonesia. Tentunya Samsung nilai Samsung jadi berkurang sedikit dari Apple yang semua produknya sudah dijual resmi di Indonesia. Jika seseorang hanya memiliki satu produk Apple, Apple masih memberikan kemudahan dengan memberikan akses Apple Notes lewat web sedangkan Samsung Notes tidak dapat diakses lewat web, hanya bisa pada aplikasi Samsung Notes yang terinstal di perangkat merk Samsung.

Sempat terpikirkan untuk migrasi semua catatan ke aplikasi lain, seperti Google Keep. Tapi melakukan migrasi dari Samsung Notes ke Google Keep tidak mudah. Perlu proses yang cukup lama karena harus mengkonversi satu per satu ke format PDF. Alhasil, aku tetap bertahan menggunakan Samsung Notes, namun untuk catatan yang dibuat di laptop aku save dalam format txt pada aplikasi Notepad dan disimpan dalam Google Drive yang terkoneksi dengan laptop.

Ya, cukup kecewa sih sebenarnya. Minimal Samsung bisa memberikan akses Samsung Notes atau Samsung Cloud via web. Menjual Samsung Galaxy Book di Indonesia juga mungkin salah satu alternatif, tapi tentu membeli laptop tidak seperti membeli kacang goreng. Mungkin jika laptop lama rusak bisa jadi pilihan tapi tentunya Samsung juga harus bersaing dengan brand lain dalam menjual laptopnya.

Kekhawatiran Komunikasi

Sehubungan aku lagi membaca buku berjudul  Intercultural Communication , jadi terpikir untuk membahas sedikit tentang komunikasi. Lebih tepa...