Senin, 26 April 2021

My Skincare Routine





Setiap orang memiliki kondisi kulit wajah yang berbeda-beda, tentunya dengan masalah yang berbeda pula. Beragam produk perawatan wajah yang dijual di pasaran dari yang murah hingga harga selangit, menjadi pilihan bagi konsumen. Harga memang menentukan kualitas tapi kadang harga tidak menentukan kecocokannya.

Memilih produk skincare memang tidak semudah memilih baju di toko. Coba-coba produk skincare tentunya sangat berisiko. Untungnya, saat ini kita berada pada era digital dengan kemudahan mengakses informasi. Review produk skincare dapat diakses dengan mudah, namun paling aman adalah pergi ke dokter kulit yang saat ini pun klinik-klinik kecantikan menjamur di berbagai daerah.

Saya mulai intens menggunakan skincare itu sejak kuliah. Pada saat itu merupakan tahun keempat saya berjerawat. Mungkin itu yang dinamakan jerawat masa puber. Sejak kuliah, saya hanya menggunakan sabun cuci muka Gatsby. Kemudian, wajah saya berangsur membaik, namun bekas jerawat masih memenuhi wajah saya. Katanya, air dan hawa panas Jogja memberikan efek positif bagi kulit saya, tapi karena saking panasnya kulit wajah saya menjadi kering dan perih. Semenjak itulah, saya lebih peduli terhadap kulit saya. Menambahkan pelembab dan whitening Ponds setelah mencuci muka dan menggunakan handbody Vaseline pada tangan dan kaki. Alhamdulillah, bekas jerawat menghilang dan kulit pun menjadi lebih lembab dan sehat.

Konsistensi tersebut akhirnya terkhianati ketika memasuki masa penulisan skripsi. Pola hidup yang kurang terjaga membuat saya berjerawat kembali. Produk yang saya gunakan selama 4 tahun tidak memberikan efek apa-apa. Akhirnya saya memberanikan diri untuk pergi ke Larissa, salah satu klinik kecantikan yang populer di Jogja. Pada treatment pertama saya, saya sungguh sangat puas. Seminggu setelah saya treatment kondisi kulit saya membaik, tidak ada jerawat dan flek hitam memudar walau tanpa produk seperti day cream dan night cream. Saya kembali konsisten dengan Gatsby, namun tidak dengan Ponds karena agak malas menggunakan krim.

Dua tahun kemudian, konsistensi tersebut terkhianati kembali. Saya mengalami stres yang berujung jerawatan. Berbagai produk saya coba mulai dari Acne, Ponds, Safi, Nivea, Senka, Hadalabo, Illuminare, dan lainnya tidak ada yang memberikan efek kesembuhan. Termasuk setelah saya kembali mencoba treatment di Larissa dan membeli produknya, tidak ada perubahan sama sekali. Akhirnya setelah produk-produk skincare itu habis, saya ke Alfamidi dan membeli Garnier Acno Fight sebagai sabun muka saya. Ajaibnya, jerawat-jerawat yang bersarang di wajah mulai jinak hingga akhirnya saya sembuh. Walaupun begitu jerawat baru seringkali tumbuh lebih cepat dibandingkan penyembuhannya. Hal ini dikarenakan muka saya mudah berkomedo yang kemudian menjadi jerawat.

Pada saat itu, saya merasa scrub pada produk Garnier Acne Fight itu cukup banyak. Namun belakangan terkahir ini saya merasa scrub-nya berkurang dan membuat saya lebih mudah berkomedo. Saya berpikir bahwa kulit saya harus 'dikasari' agar benar-benar bersih. Tergoda dengan Suhay Salim yang menggunkan Foreo, tapi setelah tahu harganya tentu saya urungkan. Untungnya saat saya jalan-jalan ke Miniso, saya melihat silicone brush untuk wajah yang harganya jauh, jauh, jauh lebih murah dibandingkan dengan Foreo. Saya langsung beli dan saya pakai. Produk tersebut sungguh memberikan dampak positif bagi wajah saya.

Untuk menghilangkan bekas jerawat yang membandel, akhirnya saya memperdalam produk Garnier. Selain menggunakan facial wash, saya pun menggunakan serum, krim siang, dan krim malam Garnier Vitamin C Yuzu. Alhamdulillah setelah pemakaian rutin dan tentunya tanpa stres memikirkan memikirkan jerawat, semua bekas jerawat saya hilang tanpa jejak. Namun, memang terkadang ada beberapa masalah karena wajah saya mudah berkomedo jika terkena SPF. Untungnya tidak menyebabkan radang yang berujung jerawat. Selain itu, dua bulan sekali juga saya melakukan facial di Larissa untuk membuang komedo-komedo jahat di wajah.

Ada beberapa teman yang melihat bahwa wajah saya bersih dan cukup glowing, serta menanyakan rahasia dari itu semua. Tentu saja saya memberikan semua informasi mengenai produk yang saya gunakan. Namun, saya pun mengingatkan bahwa produk skincare itu cocok-cocokan. Setiap orang punya tipe kulit yang berbeda dan kecocokan dengan bahan tertentu pada kulit wajahnya.

Senin, 12 April 2021

Bali Di Masa Pandemi Covid-19



Dikunjungan aku ke Bali yang kedua di masa pandemi Covid-19 ini, kondisi Bali khususnya wilayah Badung masih sepi. Tentunya terdapat perubahan pada saat November 2020 dan April 2021 ini. Tempat makan dan toko sudah mulai buka walau tak seramai hari biasanya. Hal tersebut dituturkan sekaligus dikeluhkan oleh driver yang aku pesan lewat aplikasi untuk mengantarkan aku ke beberapa lokasi di Bali.

Pandemi Covid-19 ini tentunya memang jadi guncangan terdahsyat bagi Bali yang sangat mengandalkan sektor pariwisata. Sektor pariwisata dan sektor lainnya yang berhubungan erat dengan pariwisata benar-benar lumpuh total selama satu tahun ini. Hal ini dikarenakan pembatasan aktivitas dan perjalanan untuk mencegah penyebaran Covid-19. Tentunya, Bali pernah mengalami guncangan juga, bom Bali dan erupsi Gunung Agung, namun sektor pariwisata dapat segera pulih.

Guncangan Covid-19 menjadi momen untuk berbenah bagi Bali. Pemerintah pusat maupun daerah berupaya semaksimalkan mungkin untuk pemulihan ekonomi Bali. Dua sektor yang diupayakan untuk bangkit adalah prtanian dan UMKM. Namun, pertumbuhan kedua sektor tersebut tak mampu mengungkit perekonomian Bali. Pertumbuhan sektor pertanian tentunya tidak sekencang sektor pariwisata, begitu pula dengan UMKM yang sangat terkait dengan sektor pariwisata.

Tapi secercah harapan masih ada pada sektor UMKM. Perkembangan teknologi digital tentunya memberikan kemudahan di sisi promosi dan transaksi pembayaran. Ekosistem ekonomi digital inilah yang dikembangkan agar sektor UMKM tetap hidup. Satu hal lagi yang penting adalah dari pemodalan. Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan subsidi bunga pada Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan mengeluarkan produk KUR Super Mikro yang jumlah plafond-nya tidak dibatasi. KUR Super Mikro ini diprioritaskan untuk ibu rumah tangga, karyawan yang terkena PHK, dan karyawan yang bekerja di sektor pariwisata.

Bagi pelaku usaha formal tentunya terdapat insentif perpajakan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat. Tentunya ini menjadi angin segar bagi para pelaku usaha dengan adanya relaksasi perpajakan. DJP Kantor Wilayah Bali telah melakukan sosialisasi pada berbagai media mengenai insentif perpajakan tersebut.

Upaya vaksinasi juga menjadi prioritas di Bali agar pariwisata bisa cepat pulih kembali. Aku pribadi sangat berharap Bali, Indonesia, bahkan seluruh dunia bisa kembali pulih atas pandemi ini. Pandemi Covid-19 ini menjadi pelajaran yang besar bagi kita semua.

Kekhawatiran Komunikasi

Sehubungan aku lagi membaca buku berjudul  Intercultural Communication , jadi terpikir untuk membahas sedikit tentang komunikasi. Lebih tepa...