Sebagai konsumen rutin susu protein, saat ini aku sudah mencoba empat produk. Ketika memutuskan untuk mengganti produk, tentunya ada berbagai pertimbangan. Awalnya masalah harga dan kandungan, saat ini kecocokan menjadi prioritas pertimbangan. Sama halnya dengan skincare, susu protein juga cocok-cocok-an.
Saat kita melakukan olah raga angkat beban, tentunya jaringan otot kita akan rusak dan akan me-recovery dengan jaringan baru. Proses recovery ini tentunya akan membentuk jaringan baru yang lebih kuat menyesuaikan kemampuan kita dalam mengangkat beban. Untuk mempercepat proses tersebut dan menambah massa otot dibutuhkan protein yang cukup atau bahkan surplus. Perlu diingat bahwa kebutuhan protein pada tubuh disesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Apabila kita tidak olah raga, ya maka protein yang kita konsumsi ini akan terbuang.
Dulu, ketika aku underweight dan tidak memiliki pengetahuan yang cukup, aku hanya berpikir bahwa susu protein akan menambah berat badan tanpa latihan. Aku membeli susu protein soya di sebuah toko online dengan harapan berat badanku akan naik. Sembari mengonsumsi susu protein soya tersebut, tidak ada perubahan dalam berat badanku, yang ada aku malah burnout, jerawat di muka dan itu parah sekali. Awalnya aku tidak mengetahui apa penyebab burnout tersebut. Pada saat itu kondisiku tidak terlalu stress, bahkan pernah mengalami stress pun tidak sampai jerawatan parah. Setelah mencari informasi baik secara online maupun kepada teman, susu protein soya bisa jadi penyebabnya. Pasalnya yang aku konsumsi mungkin tidak terserap dalam tubuh karena otoku tidak membutuhkannya. Malah berdampak pada sirkulasi darah yang kotor atau mungkin pencernaan yang membuat jerawatan. Aku pun memutuskan untuk menghentikan konsumsi protein tersebut. Setelah melakukan perawatan beberapa kali, akhirnya kondisiku mulai pulih, tentunya memerlukan waktu yang cukup panjang, seingatku sekitar 6 - 12 bulan.
Semenjak tahun kemarin, aku memutuskan untuk nge-gym. Hal ini karena semakin bertambahnya usia, aku mengalami gangguan-gangguan fisik kejompoan, yaitu sakit pinggang, bahu lelah, gampang ngantuk, dan tentunya perut buncit. Aku tidak menargetkan badan bagus, six-pack, kaya Ade Ray, tapi setidaknya posturku lebih ideal dan lebih percaya diri tanpa harus menahan perut gembul ini. Pada saat itu, personal trainer-ku menyarankan untuk mengonsumsi susu protein. Fungsinya adalah untuk membantu recovery otot lebih cepat. Awalnya aku tidak mau mengonsumsi susu protein karena aku tidak mau punya badan yang bulk, tapi ternyata aku butuh juga. Hal ini dikarenakan setelah mencoba mengonsumsi susu protein, rasa sakit otot pasca-latihan bisa pulih lebih cepat dibanding tanpa minum susu protein. Pada saat itu, aku mengonsumsi susu protein impor merk A. Sampai aku repurchase tidak ada masalah apa pun yang terjadi pada fisikku.
Seiring dengan berjalannya waktu, aku lebih concern masalah olah raga dan protein. Tentunya berpengaruh pada iklan yang sering muncul dalam laman instagramku. Aku pun mulai tertarik dengan susu protein merk B yang merupakan produk lokal yang harganya lebih murah. Setelah ku-cek, kandungan proteinnya lebih tinggi dan kandungan karbohidratnya lebih rendah. Dalam iklannya juga disebutkan bahwa tidak akan membuat gemuk. Aku pun membelinya dan mulai mengonsumsi produk tersebut. Awal-awal minum susu tersebut, tidak terjadi efek negatif apapun. Setelah habis aku kembali repurchase, namun sesekali aku konsumsi susu protein merk C yang ada dijual di mini market untuk mengurangi rasa sakit otot. Karena setiap skip konsumsi susu protein, pasti ototku sakit 1 hari setelah latihan. Di tahun kedua aku mengonsumsi merk B, aku kembali berjerawat. Awalnya aku berpikir itu karena stress, tapi setelah aku dapat mengelola stress, jerawat tak kunjung sembuh. Kemudian aku berpikir karena skincare yang sudah aku pakai bertahun-tahun, mulai resistan. Namun setelah aku mengganti skincare dengan yang lebih ringan dan melakukan perawatan, jerawatku tetap tak kunjung sembuh. Aku mulai berpikir ini karena susu protein karena setelah aku repurchase ada perbedaan dalam hal rasa. Terutama kandungan gulanya, menjadi tidak terlalu manis. Selebihnya aku tidak terlalu concern masalah kandungannya. Oh ya satu lagi, setiap pagi aku selalu mencret. Aku mengonsumsi susu protein itu after workout atau sebelum tidur.
Akhirnya atas saran temanku, aku memutuskan untuk mengganti susu protein dengan merk D. Temanku lebih concern pada mencret yang aku alami. Hal ini karena merk D ini kandungan laktosanya lebih rendah yang semoga bisa mengurangi masalah kondisi pencernaanku.
Semoga saja, susu protein merk D ini lebih ramah terhadap pencernaan, metabolisme, dan wajah aku. Aku akan update apabila sudah cukup lama mengonsumsinya. Apabila ada teman-teman yang mengetahui permasalahanku ini, mohon sekiranya dapat memberikan pendapat di kolom komentar. Terima kasih.