Salah satu yang sering diabaikan oleh para pegawai adalah kesehatan fisik dan mental. Terlalu sibuknya dalam bekerja, sering kali para pegawai tidak menyadari sebenarnya mereka menumpuk berbagai penyakit dalam diri. Penyakit-penyakit itu biasanya muncul di usia mendekati 30 tahunan, atau mungkin lebih dini. Aku yang kebetulan mengalami penyakit-penyakit tersebut dan bagaimana mengatasi, diundang oleh Podcast Cerita PNS untuk sharing pengalaman. Bagi teman-teman yang berminat mendengarkan podcastnya bisa klik tautan di bawah ini ya.
Cerita dimulai ketika aku mengalami quarter life crisis, tepatnya di pertengahan tahun 2021. Aku merasa lingkungan kantor mulai berubah, mulai dari perubahan pejabat struktural yang membuat lingkungan kerja tidak kondusif dan pekerjaan yang begitu-begitu saja membuat diri ini merasa downgrade. Terlalu banyak keburukan yang terjadi hingga membuat aku ingin pindah. Namun upaya 'pindah' tersebut gagal dan membuat mental terganggu. Sebagai seorang yang mental awareness, tentunya aku menyadari banyak perubahan yang terjadi pada diri aku, seperti overthinking yang membuat kesulitan tidur, emosi yang tidak terkontrol, kadang menangis tiba-tiba karena merasa lelah, kadang merasa cemas atau ketakutan berlebihan, dan mulai tidak ada semangat dalam bekerja. Bagi sebagian orang mungkin permasalahan tersebut sepele, tapi gejala yang aku rasakan sangat mengganggu. Selain itu, akibat dari hal tersebut, beberapa gejala fisik mulai aku rasakan, yaitu tumbuhnya jerawat dan sakit badan (mungkin akibat perubahan hormon dan pola tidur).
Menyadari hal tersebut, tentunya aku membutuhkan seorang ahli yang mengerti. Tanpa pikir panjang aku menghubungi jasa psikologi yang ada di aplikasi kesehatan online. Psikolog tersebut menyarankan aku untuk melakukan distraksi atas permasalahan tersebut. Distraksi ini dimaksudkan agar aku tidak fokus pada permasalahan yang terjadi. Salah satu caranya adalah dengan melakukan meditasi. Meditasi ini cukup berhasil, namun terkadang masih ada pikiran-pikiran yang menganggu.
Menghindar itu bukan lari dari masalah. Menghindar itu bukan berarti kalah. Menghindar itu bukan berarti pengecut. Menghindar itu menenangkan diri agar kita dapat menyusun strategi dan lebih siap dalam menyelesaikan masalah.
Karena kesehatan mental ini sudah menyerang fisik walau hanya jerawat, tapi aku juga merasakan fisikku yang lain mulai terganggu karena usia. Sakit pinggang adalah gejala yang paling sering aku rasakan. Aku sepenuhnya sadar bahwa olahraga itu penting, namun komitmen itu belum ada. Oleh karena itu, aku memutuskan untuk daftar menjadi member di gym, sebagai bentuk komitmen aku dalam berolahraga. Aku tidak menginginkan tubuh bagus dan ideal seperti Ade Ray, aku hanya ingin sehat dan fit saja, ditambah aku butuh cara distraksi lain dari berbagai overthinking yang sering aku alami. Rasa lelah saat olahraga membuat aku tidak sempat memikirkan hal-hal yang tidak berfaedah. Rasa lelah juga membuat aku tidur lebih cepat. Saat bangun tidur pun aku berasa lebih segar. rasa semangat mulai tumbuh walaupun tidak semangat-semangat banget karena masih ada lingkungan kantor yang menyebalkan. Tapi aku merasa ini lebih baik.
Di saat aku merasa kesehatan mentalku sudah mulai membaik, ada saja ujian-ujian yang membuat kondisi mental ini fluktuatif. Aku sangat memanfaatkan fasilitas kantor. Meskipun pegawai di Bagian SDM banyak yang bukan lulusan SDM, tapi aku mencoba konsultasi pada mereka. Saat, kantor menyediakan psikolog yang dapat dimanfaatkan oleh pegawai, aku pun memanfaatkan. Saran dari psikolog adalah aku harus memperkuat distraksi yang aku lakukan. Distraksi dilakukan dengan kegiatan yang bermanfaat. Namun, tak lupa berupaya menyelesaikan masalah juga. Upaya tersebut diiringi dengan doa juga karena berserah diri pada Tuhan juga merupakan kunci dari ketenangan jiwa.
Berdoa tanpa berusaha itu kosong. Berusaha tanpa doa pun kosong.
Jangan pernah takut untuk datang ke psikolog dan jangan pernah dengar kata-kata orang yang menyudutkan kita. Hal ini tentunya demi kesehatan mental diri kita sendiri. Jangan pernah berpikir bahwa generasi sekarang banyak yang lemah. Sesungguhnya semua generasi juga mengalami tekanan mental, namun dulu belum terfasilitasi dan belum terekspos sehingga kita tidak mengetahui jumlah kasus orang yang mengalami permasalahan mental. Demi kehidupan yang lebih baik, pikirkanlah diri sendiri. Sekecil apapun kondisi mental kita, selama itu berpengaruh dan mengganggu pada kehidupan dan kesehatan fisik, maka berkonsultasilah pada ahlinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar