Hai sobat.
Kali ini aku mau cerita tentang suka duka menjadi member sebuah gym. Setelah 3 tahun nge-gym sepertinya aku belum menceritakan pengalamanku ini. Pernah satu kali cerita tentang pengalaman konsumsi susu protein di sini: Coba-coba Susu Protein. Tulisan ini akan menjadi pelengkap seri tentang pengalaman kebugaran.
Ketertarikan nge-gym itu sebenarnya sudah lama aku ingin, salah satu kendala terbesar adalah tidak ada teman. Bagi orang yang kurus kerontang, masuk ke tempat gym itu rasanya seperti di-judge oleh orang-orang yang badannya sudah ideal. Belum lagi stigma negatif tentang pria-pria di pusat kebugaran sangat kencang di telinga. Hal tersebut membuat keinginanku untuk berolahraga indoor menjadi goyah. Ditambah lagi sebelum bekerja, tentu belum ada uang untuk mendaftar member gym. Memang dulu sekali, sekitar tahun 2013 atau 2014, aku pernah menjadi member gym bersama 5 orang temanku. Waktu itu harganya cukup ramah di kantong mahasiswa, ya tapi hanya bertahan 1 bulan karena tidak ada yang melanjutkan membershipnya.
Akhirnya setelah sekian lama, dipertengahan 2021, di usia yang akan memasuki 29, aku merasa olah raga itu cukup penting. Pasca pandemi Covid-19, pinggang, leher, dan hampir seluruh bagian tubuh rasanya kaku dan sering sekali pegal-pegal. Kebetulan ada juga teman yang mau join gym juga. Jadi kami bisa menggunakan paket berdua dengan harga yang lebih murah untuk membership selama 1 tahun. Sayangnya, belum sempat join, temanku itu tidak jadi membayar membershipnya, akhirnya aku tetap melanjutkan nge-gym sendiri. Tentunya dengan bantuan Personal Trainer karena aku buta sekali mengenai dunia gym. Meskipun aku merasa sangat terlambat, apalagi jika melihat anak-anak usia 20 tahunan, badannya sudah bagus-bagus.
Tidak ada body goals, aku hanya ingin lebih fit. Tapi ya tentu punya badan bagus juga bonus yang ingin aku dapat, ya setidaknya ada buktinya lah ya. Memang aku bukan orang yang suka memposting foto selfie untuk memperlihatkan progress selama aku nge-gym. Tapi memang, secara fisik dari Juni - Desember 2021, tidak ada perubahan yang berarti. Hal ini dikarenakan sempat berhenti latihan akibat diberlakukan kembali PPKM. Mulai Januari - September 2022, aku melakukan latihan mandiri sesuai ilmu yang diberikan oleh PT-ku.
Hasil nge-gym selama satu tahun sudah pasti badan lebih fit, segar, dan kuat tapi secara fisik tidak ada perubahan sama sekali. Padahal, aku mengkonsumsi susu protein juga sampai mengalami masa jerawatan yang cukup parah. Dan satu hal yang bikin aku kesal banget adalah ketika ada yang bilang: "Lu udah nge-gym setahun kok ga ada perubahan? Lu kenapa jerawatan parah gitu?". Pertanyaan tamparan yang sungguh menyakitkan ulu hati dan sanubari, sampai aku mengalami mental down dan malas buat nge-gym lagi karena merasa useless. Ditambah lagi, di tempat gym lama itu, aku juga sudah mulai mengalami ketidakbetahan karena loker ruang ganti yang ada kecoak kecil-kecilnya dan mantan PT-ku meminjam uang tanpa mengembalikannya sampai hari ini. Fix aku off nge-gym.
Seminggu sebelum membership-ku habis, aku terkena Covid dan harus isolasi mandiri di rumah. gejala-gejala kurang fit, badan kaku, dan pegal-pegal terjadi lagi. Sepertinya aku harus kembali berolahraga. Ini juga momen yang tepat aku pindah tempat gym. Di September 2022, aku resmi jadi member tempat gym baru yang lebih dekat dengan rumah, meskipun peralatannya sedikit dan clubnya kecil, aku enjoy nge-gym di sana. banyak variasi gerakan yang bisa aku lakukan berbekal ilmu PT-ku dulu. Meskipun kadang suka iri melihat member-member sana yang badannya sudah pada jadi. Tapi tetap aku percaya diri karena ini bukan pertama kalinya aku nge-gym, sebelumnya sudah 1 tahun kan?
Selama perjalan nge-gym itu, aku menyadari bahwa setiap individu punya sistem tubuh yang berbeda-beda. Bagaimana dalam kecepatan metabolisme, pembentukan otot, endurance, dan lain sebagainya. Dan aku sebagai salah satu orang yang lambat itu semua. Konsumsi susu protein secara teratur, ditambah dengan tribulus dan creatine tidak membuat otot lebih cepat berkembang, tidak membuat strenght dan endurance lebih cepat meningkat. Hal yang meningkat hanya hopeless, hingga akhirnya aku mencoba beralih ke kelas cardio karena semakin sering latihan beban, hanya membuat aku tambah stress ditambah dengan melihat orang lain yang progress-nya sangat-sangat cepat.
Seiring dengan berjalannya waktu, aku mulai tertarik dengan kelas. Mulai dari Kpop Dance, Core, Zumba, Muaythai, Bodycombat, Yoga, Pilates, Strong Nation, Poundfit, dan Bodypump. Aku mulai nyaman di kelas karena aku cuma mengikuti arahan instruktur saja, tanpa peduli melihat orang lain. Berbeda dengan latihan alat, yang setiap kali latihan serasa di-judge member lain. Seiring berjalannya waktu mengikuti kelas, benefit yang aku dapatkan adalah lebih meningkatnya stamina dan yang pasti punya banyak teman. Aku tidak sepenuhnya meninggalkan latihan beban, aku terus berusaha mengimbanginya meskipun lebih banyak cardionya. Tapi dengan pola latihan seperti ini aku lebih nyaman. Memang rasa insecure masih ada karena just a little progress yang aku rasakan tapi aku enjoy.
Beberapa hal yang aku pelajari setelah hampir 3 tahun rutin berolahraga, antara lain:
- Olahraga itu investasi masa depan. Semakin bertambahnya usia, tentu tubuh kita akan terus mengamai penuruman kualitas. Dengan berolahraga, penyakit-penyakut yang biasanya terasa di usia senja bahkan ada yang mengalaminya di usia produktif bisa terhindar. Tentunya enggak cuma dengan berolahraga saja, tetapi harus diimbangi dengan makan-makanan yang sehat serta pikiran yang positif.
- Setiap orang punya tubuh yang berbeda-beda. Aku menyadari masa kecilku yang penuh keterbatasan membuat asupan nutrisiku tidak sempurna. Hal inilah yang membuat perkembangan tubuhku juga cenderung lambat, termasuk dalam proses pembentukan otot. Aku masih berupaya menghilangkan pikiran negatif setiap melihat orang-orang yang sudah jadi. Percayalah bahwa orang-orang tersebut juga punya proses, aku pun begitu meskipun mungkin lebih lama dari mereka.
- Teman, ya itu benefit yang tidak masuk dalam goals tapi aku dapatkan. Teman-teman yang suportif, mau berjuang bersama. Apapun tujuan mereka saat jadi member, tidak membuat kami terpecah. Memang namanya pertemanan pasti ada yang aneh, tapi untuknya secara umum teman-teman yang bertahan sampai sekarang cukup baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar