Minggu, 13 Oktober 2019

Nostalgia 12 Ponsel Saksi Perjalanan Hidup




Bagi generasi 90-an akan sangat terasa sekali perkembangan ponsel mulai dari masa kanak-kanak hingga dewasa kini. Kita pasti mengalami masa di mana ponsel berbentuk kotak kaku, layarnya kecil tapi body-nya besar, dan ada antenanya. Hingga dewasa ini, ponsel minim tombol fisik dengan layar yang sangat luas dengan kecanggihan teknologinya. Di sini, saya coba mengenang ponsel-ponsel yang pernah saya miliki. Berikut daftarnya:



Ericsson T10s

Ponsel dengan bentuk kotak, layar kecil, berantena, dan memiliki flip cover menutupi keypad sebenarnya cukup untuk dipakai pada masanya. Fungsinya hanya untuk telepon dan SMS saja, tidak seperti ponsel nokia yang sudah hadir pada saat itu dan memiluiki fitur tambahan seperti games. Ponsel ini saya pakai waktu SD dan digunakan untuk gaya-gaya-an. Tidak sering digunakan untuk menelpon dan SMS. Ponsel ini merupakan secondhand  dari tante yang diberikan pada mama. Namun, anak SD seperti saya ingin juga merasakan punya ponsel sehingga tak jarang saya membawa ponsel ini ke sekolah.

Nokia 3330

Pada awal masuk SMP, saya merengek ingin dibelikan ponsel. Alhasil, papa membelikan ponsel second Nokia 3330. Nokia 3330 ini masih saudara dengan 3315 dengan tambahan fitur yang jauh lebih menarik seperti gambarnya sudah bisa animasi, bisa unduh gambar dan ringtone, dan ada internet GPRS yang tidak pernah digunakan. Saking senangnya dengan ponsel ini, seringkali bermain games hingga baterai habis atau sambil di-charge. Alhasil baterai ponsel ini drop dan cepat habis. Pada saat itu games favorit yang sering dimainkan adalah Snake 2 dan Space Impact. Sayangnya, ponsel ini bertahan kurang dari satu tahun karena kecopetan di angkot.

Sony Ericsson J210i

Hiatus dari perponselan selama 1 tahun lebih, akhirnya di kelas 3 SMP setelah menabung, saya bisa membeli ponsel sendiri. Ya, walaupun hanya Sony Ericsson J210i, ponsel mini yang sudah polyponic dan memiliki infrared untuk bertukar ringtone dan gambar. Walau tanpa kamera, warna silver dari ponsel ini bikin elegan. Pada saat itu, sudah banyak teman-teman yang memiliki ponsel sehingga komunikasi lebih sering via SMS.

Siemens

Pergantian ponsel ke Siemens ini sebenarnya karena tawaran papa untuk tukar tambah. Karena Siemens ini bisa dikatakan lebih canggih dari Sony Ericsson J210i, maka saya pun setuju untuk menukarnya. Untuk tipe, saya lupa. Secara ukuran memang tidak begitu jauh, tapi memorinya jauh lebih besar, dan paling utama ada kameranya. Ya, walaupun kameranya beresolusi VGA, setidaknya ada upgrade dari ponsel sebelumnya.

BenQ Siemens E61

Ponsel ini pun merupakan hasil tukar tambah yang dilakukan dengan ponsel sebelumnya. Hal yang membuat tertarik dengan ponsel ini adalah karena sudah support MP3 dan memiliki slot miniSD. Ponsel ini saya pakai saat kelas 2 SMA. Setiap berangkat ke sekolah pasti sambil mendengarkan musik. Namun sayangnya, ponsel ini tidak digunakan lagi karena tercebur ke bak saat mandi.

Haier

Haier ini merupakan ponsel pendamping pada saat saya masih menggunakan BenQ Siemens. Iming-iming sepupu membuat saya membeli ponsel yang di-bundling dengan Smartfren. Ponsel ini juga dapat digunakan sebagai modem ke laptop dan kita dapat berselancar di dunia maya. Pada saat itu, internet sudah dapat dijangkau dengan mudah walaupun dengan kecepata 200kpbs.

LG L70

Saking sudah tak tahannya ingin mengaktifkan nomor GSM, akhirnya saya minta dibelikan ponsel baru sama papa. Ya walaupun hanya dapat ponsel second setidaknya, nomor GSM sinyalnya lebih baik dibanding dengan nomor CDMA. Saya diberi LG. Ponsel ini berbentuk kotak, memiliki kamera VGA, support MP3 dengan slot microSD, dan ada infrared untuk transfer file. Untuk tipenya, saya sudah lupa.

Blueberry

Pada masa ini, mulai banyak masuknya ponsel China yang meniru ponsel terkenal seperti Blackberry. Salah satunya yang saya pakai adalah Blueberry. Ponsel ini didapatkan papa dari kantor dan akhirnya diberikan pada saya. Blueberry saya pakai untuk menggantikan LG yang tidak bisa dipakai untuk memutar musik karena slot charger yang sekaligus slot handsfree rusak. Blueberry yang saya miliki berwarna putih, dual SIM, ada slot microSD, dan slot audio 2,5mm serta tentunya keypad yang sudah qwerty. Inilah awal mulanya, saya terbiasa dengan qwerty keyboard.

Samsung Corby 2

Setelah menabung, saya memutuskan untuk membeli Samsung Corby 2. Ponsel touch screen yang memiliki kamera 2MP, bluetooh, WI-Fi, dan slot microSD, namun sayang bukan android. Ponsel ini muncul dan saya beli sebelum android booming. Jadi ya, agak cukup menyesal dalam membelinya. Untungnya, pada saat itu Whatsapp belum terlalu populer.

Blackberry Pearl 8230

Kepopuleran BBM dan Whatsapp membuat harus ada ponsel pendamping. Teman-teman kuliah sudah membuat grup WA angkatan yang segala informasi disimpan di sana. Kebetulan papa sudah tidak memakai Blackberry Pearl-nya, akhirnya saya minta dan menggunakannya. Lumayanlan untuk sekedar BBM dan WA.

LG L70

Blackberry Pearl yang semakin lama hanya bertahan 2-3 jam, akhirnya saya memutuskan untuk membeli ponsel baru, yaitu LG L70. Ponsel dengan layar 4,5 inchi, kamera belakang 5MP,  kamera depan VGA, dual SIM, dan masih 3G menjadi ponsel android pertama saya. Saya pakai ponsel ini di tahun ke 3 kuliah. Ponsel ini bertahan selama 3 tahun sampai akhirnya harus jatuh ke becekan yang membuatnya mati untuk selamanya.

Xiaomi Redmi 4x

Tidak  memiliki ponsel di zaman sekarang memang sangat menyulitkan. Setelah LG L70 wafat, perlu ada penggantinya. Saya memilih Xiaomi Redmi 4x karena harganya yang tidak terlalu mahal dan fitunya yang cukup lengkap. Saya membeli ponsel tersebut dengan minjam ke teman, kemudian minjam ke mama untuk membayar hutang ke teman, hingga kahirnya saya bayar ke mama dengan uang gaji yang telat cair. Sampai saat ini, tepatnya 2 tahun lebih saya menggunakan ponsel ini. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Oktober - Keputusan Ajaib Di Luar Idealisme

Oktober ini bisa dibilang masa di mana aku banyak mengambil keputusan. Tentunya keputusan untuk masa depanku yang semoga bisa menjadi lebih ...