Barang-barang yang Akhirnya Jadi Sampah



Salah satu godaan jika sedang punya uang adalah berbelanja. Barang yang biasanya diinginkan sebenarnya hanya kebutuhan sesaat. Kebutuhan sesaat dengan ekspektasi  tinggi yang dapat mengubah menjadi sesuatu yang luar biasa. Namun, tidak mau bermodal besar karena masih terpikir rasa kebutuhan sesaat. Alhasil, lebih memilih barang dengan harga murah tersebut.

Aplikasi marketplace adalah surga dari barang-barang yang saya inginkan tersebut. Berbagai pilihan barang dengan harga murah bisa kita komparasikan antar toko. Tinggal memilih toko mana yang memiliki rating paling tinggi dan harga paling cocok. Namun sayang, banyak barang yang sudah dibeli malah memberikan kekecewaan. Tidak berfungsi, tidak sesuai dengan ekspektasi, cepat rusak, memberikan rasa tidak nyaman, dan masih banyak kekecewaan lain sering saya rasakan. Bahkan bisa dibilang tidak kapok untuk membeli barang-barang tersebut.

Berikut adalah daftar dari barang-barang tersebut.

1. Smartwatch V8

Sudah lama tak memiliki jam tangan, ada rasa ingin memiliki yang baru. Smartwatch adalah salah satu benda yang sangat futuristik pada saat itu. Ditambah lagi fitur yang terkoneksi dengan smartphone membuat sangat ingin untuk dibeli. Namun, budget yang pas-pasan membuat rasa ingin membelinya selalu kandas di tengah jalan. Tak sengaja saat melihat jajaran benda di flash sale yang salah satunya adalah smartwatch. Langsung saya beli tanpa pikir panjang mengenai merknya dengan harga sekitar Rp70 ribu. Sempat melihat produk ini tanpa merk, buatan China, dengan spesifikasi yang cukup menarik pada gambarnya, yaitu ada kameranya dan sensor untuk mendukung aktivitas kesehatan.

Ketika barang sampai, ku harus banyak memaklumi. Apa yang kau harapkan dari smartwatch dengan harga under 100k? Hasil kamera sudah pasti tidak jelas karena resolusinya di bawah VGA. Sensornya tidak ada, jendulan sensor hanya ada pada gambar, tidak ada pada benda aslinya. Touchscreen namun tidak presisi sehingga butuh usaha yang besar untuk dapat menyentuhnya. Notifikasi hanya memunculkan "you have notification" dan tidak dapat membaca apa isi notifikasinya. Secara keseluruhan, ini bukan smartwatch, tapi featured phone yang dibuat dalam bentuk jam tangan.

Kurang lebih 1 minggu saya menggunakan smartphone ini. Menjelang ajal si smartphone, dia mengalami penggemukan di bagian baterai. Mungkin karena overcharge. Baterai yang bisa dilepas itu sampai tidak dapat dipasang kembali karena tidak muat masuk dalam smartwatch. Akhirnya, smartwatch tersebut harus dibuang ke tempat sampah.

2. Bluetooth Speaker

Hobi mendengar musik dan menonton film dengan suara keras melalui laptop, membuat saya menginginkan speaker untuk dikoneksikan dengan laptop. Speaker sekarang memang sudah banyak yang nirkabel, maka dari itu munculah keinginan untuk memilikinya. Bluetooth speaker yang dijual di toko online pada umumnya dijual dengan harga di atas Rp100 ribu. Tak sengaja, saya melihat bluetooh speaker dengan harga Rp45 ribu. Tanpa pikir panjang saya masukan keranjang belanja dan membayarnya menggunakan mobile banking.

Sesampaianya di tangan, muncul rasa kecewa yang sangat besar. Benar-benar hanya bluetooth speaker yang datang, tanpa ada kabel untuk charging. Hal yang membuat tambah jengkel adalah lubang charger-nya bukan micro USB, tapi mini USB untuk ponsel zaman dulu dan saya tidak punya kabelnya. Alhasil, speaker itu tidak dapat digunakan selama seminggu karena saya harus membeli kabel USB yang cocok terlebih dahulu.

Bluetooth speaker akhirnya dapat digunakan. Suaranya bagus, menggelegar, dan keras. Hampir setiap hari saya gunakan untuk mendengarkan musik. Namun, lama kelamaan daya tahan baterainya menurun. Kurang dari 1 jam sudah melemah, akhirnya saya putuskan untuk selalu menghubungkannya ke daya. Kurang dari satu bulan, akhirnya bluetooth speaker tersebut tidak dapat dicharge hingga akhirnya mati total.

3. Heles Harnic HC780 - Sisir Catok Rambut

Kepercayaan saya terhadap produk Heles masih sangat besar, ketika saya membeli catokan pada tahun 2012 lalu. Pada tahun 2017 saya menemukan bahwa Heles punya catokan yang berbentuk sisir. Dengan ekspektasi membuat rambut menjadi lurus dengan sekali sisir, akhirnya saya putuskan untuk membeli sisir catok ini. Dengan harga yang mendekati Rp200 ribu, saya beli walau perlu menunggu cukup lama karena dikirim dari Surabaya.

Hampir seminggu saya menunggu barang ini dengan harapan yang sangat tinggi. Ketika ditancapkan ke listrik dan suhu diatur, saya sudah membayangkan rambut saya akan lurus. Namun, ketika dipakai, helaian rambut saya tidak masuk ke dalam jari-jari sisir. Hal ini mungkin karena rambut saya terlalu pendek dan kaku sehingga sulit untuk disisir, ditambah lagi jari-jari sisir tergolong sangat besar. Hal ini dikarenakan karet pelindungnya yang berfungsi sebagai pelindung agar panas alat tidak terkena kulit kepala. Akhirnya, sisir tersebut hanya tergeletak tidak berguna.

4. Men Comb Straightener

Keinginan memiliki rambut lurus dan rapi muncul kembali. Ketika iklan mengenai sisir catok khusus untuk pria muncul di instagram, langsung saya mencari di aplikasi marketplace. Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya saya memilih dengan harga sekitar Rp60 rupiah. Tidak terpikir ini barang asli atau palsu, padahal sudah jelas kalau harga aslinya sekitar Rp300 ribu. 

Seperti barang lainnya, ekspektasi memiliki rambut lurus rapi sudah di depan mata. Namun kenyataan berkata lain, ketika digunakan tidak membuat rambut lurus, rambut malah panas dan semakin kering. Tanda kekeringan rambut terlihat dari semakin memerahnya rambut. Akhirnya, si alat hanya jadi pajangan saja.

5. Alat Penyedot Komedo

Dua minggu terakhir ini, wajah saya kembali berjerawat yang tidak diketahui penyebabnya apa. Jerawat itu hanya tumbuh di bagian jidat saja. Berawal dari komedo hingga akhirnya membengkak dan berjerawat. Berbagai krim telah dicoba tetap saja komedo-komedo itu muncul. Pernah ada niatan untuk membeli penyedot komedo seharga Rp300 ribu di toko offline langganan. Namun, itu pupus karena teman saya menyarankan beli yang harganya murah karena itu berfungsi dengan baik. Alhasil, saya membeli di online shop dengan harga Rp70 ribu.

Sesampainya di tangan, saya keheranan karena alat ini tidak bisa nyala. Setelah di-charge alat pun masih tetap tak bisa nyala. Namun, ketika sambil di-charge lalu dinyalakan, alatnya berfungsi. Saat saya tanyakan ke tokonya, ternyata alat ini tipe yang memang harus dicolok listrik untuk dapat digunakan. Agak aneh memang, melihat kabel listriknya layaknya charger ponsel yang panjangnya tidak seberapa. Alat ini tidak menyedot secara sempurna. Bahkan di beberapa bagian wajah malah membuat wajah kemerahan bahkan hingga berdarah. Akhirnya, kutaruh alat penyedot komedo itu dan tak digunakan lagi.

Tiga dari lima alat tersebut masih ada, tersimpan rapi tak berguna. Ketika saya memandangi alat tersebut, saya hanya merasakan penyesalan tiada tara. Mengetahui hal tersebut, lebih baik saya membeli di toko terpercaya meskipun harus merogoh kocek 4-5 kali lipatnya tapi itu terjamin. Tidak hanya kelima barang itu saja, tetapi masih ada beberapa barang lain yang saya beli namun tak berguna. Tak perlu saya sebutkan semua karena itu menyakitkan.

Dari sini saya belajar, bahwa lebih baik membeli barang dengan harga yang mahal namun berfungsi dengan baik dan awet dibandingkan dengan yang harganya murah, tak terjamin kualitasnya, dan akhirnya hanya menjadi sampah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sebuah Pilihan Jalan

Hari Terakhir Penggunaan Otem

Operasi Gigi Geraham Bungsu RSKGM FKG UI